PENGANTAR
A.
DEFINISI
PSIKOTERAPI
Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti, yaitu “Psyche”
yang artinya jiwa dan “Therapy” artinya merawat
, sehingga dalam arti sederhana psikoterapi adalah “ Perawatan
terhadap aspek Kejiwaan”. Istilah psikoterapi (psychotherapy), mempunyai
pengertian yang cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut
digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri,
psikologi, bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), kerja
sosial (case work), pendidikan dan ilmu Agama.
Menurut
Lewis R. Worberg M.D
dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan psikoterapi
adalah perasaan dengan menggunakan alatalat psikologi terhadap permasalahan
yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja
menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan: menghilangkan,
mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola
tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan
kepribadian yang positif. Sedangkan menurut Corsini ( 1989 ) psikoterpai adalah proses formal dari interaksi
antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapin ada
kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan
memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak.
B.
TUJUAN
PSIKOTERAPI
1.
Tujuan
psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang
dikemukakan oleh Ivey et al dan Corey (dalam Gunarsa, 2007).
a. Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan
psikodinamik menurut ivey, et, al (1987) membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap
kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari
konflik-konflik yang lama. Sedangkan tujuan Psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis
dengan membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu
klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat
dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual (Corey,
1991).
2. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et
al (1987) mengenai keefektifan dari
terapi Gestalt dilaporkan oleh Simkin (1976); Greenberg& Higgins (1980) dan
Harman (1984). Kesemuanya menunjukkna hasil yang positif dan meyakinkan
mengenai keefektifanya.
a. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Eksistensialistik-humanistik menurut Ivey, et al
(1987) menemukan dan melakukan tindakan. menyadarkan akan hal-hal ya asazi pada
manusia tentang pemilihan, keterlibatan diri dan kecemasan serta mengembangkan
aspek-aspek dalam dirinya agar mencapai kematangan pada tujuan -tujuan
hidupnya. Corey (1991) untuk membantu seseorang mengetahui bahwa ia punya
kebebasan dan menyadari akan kemungkinan - kemungkinan yang dimiliki.
3. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik menurut Ivey, et al (1987) Untuk
menghilang kankesalahan dalam belajar berperilaku dan untuk mengganti dengan
pola - pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.Corey (1991) terapi perilaku
bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang malasuai (maladaptive)
yang lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.
4. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik menurut Ivey, et al (1987)
menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara
memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. Corey
(1991) menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan
diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih
rasional dan toleran.
5. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Metode dan teknik Gestalt menurut Ivey, et al
(1987) agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung
jawab atas arah kehidupan seseorang. Corey (1991) membantu klien memperoleh
pemahaman mwngenai saat - saat dari pengalamannya. Untuk merangsangnya menerima
tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan
dengan ketergantungannya terhadap dorongan - dorongan dari dunia luar.
6. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Terapi Realitas menurut Ivey, et al (1987) untuk
memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. untuk
menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan
menyadari sepenuhnya akan akibat - akibatnya. Corey (1991) untuk membantu
seseorang agar lebhi efektif dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhannya.
Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa seberapa jauh
tindakannya berhasil.
C. UNSUR-UNSUR
PSIKOTERAPI
Menurut Singgih (2004) telah melaporkan tujuh parameter
pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Terdapat
7 ” Parameter Pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis
psikoterapi, antara lain: Peran sosial (“martabat”) psikoterapis, Hubungan (persekutuan
terapeutik), Hak, Retrospeksi, Re-edukasi, Rehabilitasi, Resosisalisasi, dan
Rekapitulasi.
D.
PERBEDAAN
ANTARA PSIKOTERAPI & KONSELING
Teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum
mempergunakan intervensi psikiis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien
yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian. sedangkan konseling
tidak bisa dikatakan sebagai psikoterapi karena tidak ada hubungan profesional
antara dokter dengan pasien. Menurut para ahli juga memang konseling berbeda
dengan psikoterapi oleh karena itu tidak memenuhi kriteria dan batasannya,
antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang
terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”.
Psikoterapi
dan Konseling merupakan intervensi yang dilakukan oleh orang ahli untuk orang
yang datang padanya dimana keduanya merupakan interaksi antara seorang
profesional dengan orang yang minta bantuan profesional. Baik konseling maupun
psikoterapi merupakan proses persuasi (Prawitasari dalam Sholeh, 2008).
Perbedaan
konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973)
dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983).
Psikoterapi
untuk
1.
Pasien
2.
Ganguan yang serius
3.
Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.
Berhubungan dengan penyembuhan
5.
Lingkungan medis
6.
Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.
Metode Penyembuhan
Konseling
untuk
1.
Klien
2.
Gannguan yang kurang serius
3.
Masalah: jabatan, pendidikan
4.
Berhubungan dengan pencegahan
5.
Lingkungan pendidikan dan nonmedis
6.
Berhubungan dengan kesadaran
7.
Metode Pendidikan
E. PENDEKATAN
TERHADAP “MENTAL ILLNES”
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan gangguan mental atau (mental illnes) ialah ketidakseimbangan
jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang
dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Dengan demikian gangguan mental
ialah kondisi kejiwaan yang lemah (sakit), yang bisa merusak kepribadian dengan
tingkah lakunya yang tidak normal (abnormal), serta mengakibatkan seseorang
atau individu mengalami kesulitan bersosialisasi, beraktualisasi, dan
beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Secara
sederhana, gangguan mental dimaksudkan sebagai tidak adanya atau kekurangannya
dalam hal kesehatan mental. Dari pengertian ini,orang yang menunjukkan kurang
dalam hal kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami
gangguan mental. Pengertian ini sejalan dengan dengan yang dikemukakan oleh
(Kaplan dan Sadock,1994) yang menyatakan gagguan mental itu “as any significant
deviation from an idela state of positive mental health” artinya penyimpangan
dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikadi adanya
gangguan mental.
Ada beberapa pandangan terkait dengan pendekatan mental
illness menurut JP Chaplin, antara lain:
1. Biological
Meliputi
keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat.
Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi.
Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena
kurangnya insulin.
2. Psychological
Meliputi
suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel
pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan,
gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu
pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu
berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3. Sosiological
Meliputi
kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan
masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh
proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4. Philosophic
Kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk
menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap
ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada
istilah keharusan atau pemaksaan.
TERAPI
PSIKOANALISIS
A. KONSEP
DASAR TEORI PSIKOANALISIS
Sigmun
Freud (1856-1939) merupakan tokoh pendiri psikoanalisis, dalam psikoanalisis
ini ia memiliki beberapa pandangan, antara lain: kesadaran dan ketidaksadaran,
struktur kepribadian, insting dan kecemasan, mekanisme pertahanan ego dan
perkembangan psikoseksual (dalam Basuki, 2008).
1. Struktur
Kepribadian : Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek
yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek
sosiologis).
a. Id
merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos
berkuasa. Dalam id terdapat nalurinaluri bawaan biologis (seksual dan agresif,
tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan
kesenangan) serta keinginan – keinginan yang direpresi. Id tidak diperintahkan
oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id
hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan
nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.
b. Ego
adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai
pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya
berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk
pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya
menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. Ego merupakan
pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego
serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh
kepribadian yang keperluannya luas.
c. Superego
merupakan sistem kepribadian yang berisi nilainilai moral bersifat evaluatif.
Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai
masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakanbatasan
baik dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral
kepribadian
2. Kesadaran
& Ketidaksadaran :
Menurut
Freud kehidupan psikis terdiri atas kesadaran (the conscious) dan
ketidaksadaran (the unconscious). Kesadaran digambarkan sebagai gunung
es yang permukaannya nampak keluar dimana hal ini merupakan sebagian kecil dari
kepribadian seseorang. Ketidak sadaran itu tidak dapat dikaji
langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya.
Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk
membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari halhal berikut,
seperti:
(1) mimpi; hal ini merupakan pantulan
dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
(2) salah ucap sesuatu; misalnya nama
yang sudah dikenal sebelumnya,
(3) sugesti pasca hipnotik,
(4) materi yang berasal dari teknik
asosiasi bebas, dan
(5) materi yang berasal dari teknik
proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung
es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di
dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan
kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun
dalam alam ketidaksadaran.
3. Insting
dan Kecemasan
Freud
membagi 2 macam insting dalam diri manusia, pertama Insting untuk hidup
mencakup lapar, haus dan seks, insting ini juga dapat disebut sebagai Libido. Kedua
adalah Insting untuk mati yang bersifat destruktif seperti menyakiti diri
sendiri atau bunuh diri. Kecemasan terbagi menjadi 3 macam, pertama Kecemasan
objektif yaitu kecemasan yang timbul
dari bahaya yang nyata. kedua Kecemasan neurotik yaitu kecemasan atau meraa
takut atas hukuman atas keinginan yang impulsif. ketiga Kecemasan moral yaitu
kecemasan yang timbul terkait dengan masalah moral, seperti melanggar
norma-norma.
4. Mekanisme
Pertahanan
Mekanisme
Pertahanan (defence mechanism) bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan
primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh superego dan ego. Mekanisme
pertahanan ini berfungsi untuk melindungi superego dan ego dari ancaman
dorongan primitif yang mendesak terus menerus karena tidak diizinkan muncul
oleh superego. Terdapat 9 mekanisme pertahanan, antara lain: represi, reaction
formation, projection, displacement, rationalisation, supression, sublimation,
kompensasi dan regresi.
5. Perkembangan
Psikoseksual
Freud
mengatakan baha setiap orang mempunyai seksualitas anak-anak (infantile
sexuality) yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan
berkembang terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui
beberapa tahap perkembangan, yaitu:
a.
Oral (0-2 tahun): daerah kepuasan seksual terdapat pada area sekitar mulut.
b.
Anal (2-3 tahun): daerah kepuasan seksual terdapat pada anus.
c.
Phalic (3-6 tahun): daerah kepuasan terdapat pada alat kelamin (mulai mengerti
jenis kelaminnya) namun tidak bertujuan
untuk mengembangkan keturunan.
d.
Latent (6-12 tahun): fase ini adalah fase sembunyi dimana seseorang tidak
menunjukan aktivitas seksualnya.
e.
Genital (+12 tahun): fase remaja kepuasan seks terutama berpusat pada alat
kelamin.
6. Dinamika
Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat
determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai
suatu kompleks sistem energi, yang memperoleh energinya dari makanan serta
mempergunakannya untuk bermacam-macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan
otototot, mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya.
B. UNSUR-UNSUR
TERAPI PSIKOANALISIS
Terapi Psikoanalisa adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.
Secara umum konsep utama dari teori psikoanalisa ialah kebutuhan seperti:
Setiap anak memilki kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi dalam rangka perkembangan kepribadiannya secara sehat. Kebutuhan
ini mencakup kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa memilki, dan perasaan
sukses. Perasaan merupakan aspek yang mendasar dan penting dalam kehidupan dan
perilaku anak. Masing-masing anak berkembang melalui beberapa tahapan
perkembangan emosional. Pengalaman traumatik dan deprivasi dapat berpengaruh
terhadap munculnya gangguan kepribadian. Kualitas hubungan emosional anak
dengan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam kehidupannya merupakan
faktor yang sangat krusial. Kecemasan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dan
konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting terhadap
munculnya gangguan tingkah laku.
1. Munculnya gangguan
Terapis melakukan upaya memunculkan
penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk
lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat
kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri
klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan terapi
Fokus dalam usaha penguatan diri klien,
agar dikemudian hari bila klien mengalami masalah yang serupa, maka klein akan
lebih siap menghadapi gangguan yang dialaminya.
3. Peran terapis
Memberi bantuan kepada klien untuk
mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan keefektifan dalam
melakukan hubungan personal, menangani kecemasan atau depresi secara realistis,
juga membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar &
menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus jika klien memberikan
penolakan, serta mendengarkan dengan sabar tentang kesenjangan dan pertentangan
pada cerita klien.
C. TEKNIK
TERAPI PSIKOANALISIS
Strachey
(1936) menekankan bahwa mencari tahu bagaimana pasien mendistorsi persepsi
tentang analis adalah cara untuk memahami apa yang mungkin telah dilupakan. Berbagai
kenangan dalam kehidupan awal umumnya terdistorsi. Freud menyebutnya sebagai
"screen memory". Dan dalam hal apapun, pengalaman yang sangat dini
(sebelum usia dua tahun) tidak dapat diingat. Metode dasar
psikoanalisis adalah interpretasi konflik bawah sadar pasien yang mengganggu kesehariannya,
yaitu konflik yang menyebabkan gejala menyakitkan seperti fobia, kecemasan,
depresi, dan kompulsi.
Terapi
Psikoanalisis adalah terapi kausal yang berusaha menghilangkan
penyebab-penyebab neurosis. Tujuannya adalah memecahkan konflik-konflik neurotik
pasien, termasuk neurosis infantil yang merupakan inti dari neurosis orang
dewasa. Dengan memecahkan konflik-konflik neurotik berarti mempersatukan
kembali dengan ego sadar bagian-bagian dari id, superego, dan ego tak sadar
yang telah dikeluarkan dari proses pematangan bagian-bagian lain yang sehat
dalam seluruh kepribadian, (Semiun, 2006).
Beberapa
teknik dalam terapi psikoanalisa :
1. Asosiasi
bebas :
Terapi
asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu
& pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu. Pasien
secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang
selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat
atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien
melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak
semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus
dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan
langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa
terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.
2. Penafsiran
Adalah
suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan
transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis
teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis
yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku
yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi
dan hubungan terapeutik itu sendiri.
3. Analisis
Mimpi
Adalah
prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan
memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena
pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul
ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang,
menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4. Analisis
Resistensi
Adalah
dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa
menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan
timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa
menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.
5. Analisis
Transferensi/Pengalihan
Adalah
teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu
dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh
pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.
Sumber:
Basuki, H. (2008). Psikologi
umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Feist,
J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Gunarsa,
S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan
mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Semiun, Y.(2006). Teori
kepribadian & terapi psikoanalitik: Freud. Yogyakarta: Kanisius
Singgih
D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Gunung Mulia, Jakarta, 1992, hlm.
154-155
Singgih
D. Gunarsa, Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1983, cet. II, hlm. 6
Wolberg, L, R. (1967). The
technique of psychotherapy. New York: Grune & Stratton
digilib.uinsby.ac.id/8623/4/bab%202.pdf
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=10438
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=373
srini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13996/tespengantr-fix.doc
xa.yimg.com/kq/groups/20899393/125933547/name/Psikoterapi.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar