Rabu, 05 November 2014

Kecanduan Internet Dan Cara mengatasinya

KECANDUAN TERHADAP INTERNET
DAN
CARA MENGATASI KECANDUANNYA

Manusia dan Internet merupakan sebuah interaksi yang sangat melekat pada masa kini, manusia sangat membutuhkan internet untuk kebutuhan sehari-hari. Internet sangat universal untuk interaksi manusia baik untuk pekerjaan, tugas sekolah atau kuliah, maupun komunikasi untuk kepentingan pribadi. Internet kini sangat mudah diakses dan terjangkau untuk kalangan masyarakat bawah hingga atas, semua orang bisa dengan mudah mengakses internet kapan saja serta dimana saja.  Internet sangat berpengaruh terhadap pekerjaan, karena internet memang sangat menguntungkan untuk penggunanya. Teknologi internet sangat mempengaruhi perilaku manusia, dimana teknologi ini dapat menghubungkan antara satu computer dengan computer lain  dibelahan dunia lain. Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengburangi loneliness . pada individu yang mengalami loneliness apabila ia banyak menghabiskan waktu banyak waktu sendirian di depan computer baik di kantor maupun dirumahnya maka orang tersebut akan menyediakan waktu lebih sedikit untuk hubungan tatap muka di dunia nyata dan mengurangi kesempatannya untuk berinteraksi dengan orang lain.
Sejak dikembangkannya perangkat lunak Netscape pada awal dekade 1990an, internet menjadi bagian dari gaya hidup baru di seluruh dunia. Perangkat lunak tersebut memungkinkan para pengguna internet yang semula berbasis teks (textbased internet) untuk beralih menikmati kecanggihan pertukaran informasi berbasis gambar (graphicbased internet). Perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak komputer berbasis gambar yang sangat pesat menjadikan pengguna jasa internet menjadi semakin dimanjakan dengan tampilan, isi informasi, fasilitas, serta unjuk kerja internet.
 Pengguna internet dapat memanfaatkan perangkat lunak webbrowsing untuk mengakses beraneka ragam informasi. Keragaman informasi inilah yang tampaknya menjadikan mereka tahan berlamalama di depan komputer. Mereka dapat melakukan browsing beragam informasi dari yang berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, hobi, bisnis, dan bahkan situs yang dikategorikan sebagai kegiatan yang dianggap negatif seperti misalnya, cybercrime (hacking, cracking, dan carding), internet gambling, dan cybersex atau cyberporn. Sebagian dari para pengguna juga menggunakan internet untuk melakukan suratmenyurat (email), diskusi kesejawatan melalui fasilitas mail list (news group), chatting atau ngobrol dengan cyberfriends, dan melakukan teleconferencing melalui vasilitas VOIP (voice over internet protocol). Keragaman dan kemudahan yang ditawarkan internet menjadikan curahan waktu untuk menggunakannya menjadi semakin meningkat. Peningkatan curahan waktu dan penggunaan internet yang sangat intensif ini menimbulkan berbagai permasalahan yang di kalangan para ahli psikologi dikenal antara lain sebagai kecanduan internet (internet addiction). Sebagai sebuah topik kajian yang relatif baru, istilah kecanduan internet atau internet addiction memperoleh tanggapan yang serius dari kalangan akademik setelah istilah tersebut dimunculkan oleh Kimberly Young pada tahun 1996 (Young, 1999). Meskipun pada periode sebelumnya telah banyak perhatian para ahli psikologi untuk mengkaji masalah interaksi antara komputer dengan manusia (humancomputer interaction), namun kontroversi timbul justru karena digunakannya istilah addiction (kecanduan) oleh Young. Pada saat dimunculkan itu, kata itu cenderung diartikan sebagaimana Chaplin (1975) dua dekade sebelumnya mendifinisikan addiction di dalam Dictionary of Psychology sebagai the state of being physically dependent upon drug Dengan demikian kata addiction lebih sesuai untuk diterjemahkan sebagai kecanduan. Kecanduan sebagai kata bentukan di dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketergantungan kepada candu (opium). Penggunaan istilah kecanduan di dalam bahasa Indonesia tersebut memiliki kesamaan dengan konsep addiction yang digunakan di dalam bidang psikiatri yang lebih dikenal sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder atauDSMIV (American Psychiatric Association,1995) dan sama pula dengan difinisi Chaplin (1975). Pada prinsipnya, addiction berkaitan dengan ketergantungan seseorang terhadap substance atau zat yang merugikan tubuh (substance abuse). Sebagai sebuah istilah, kata ‘ketergantungan’ lebih sering digunakan di dalam percakapan seharihari dibandingkan dengan kata ‘kecanduan’. Ketergantungan, atau di dalam bahasa Inggris bersinonim dengan kata ‘dependence’, dianggap lebih sesuai untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami dependensi terhadap zatzat adiktif. Davis (2001a) pun memaknai kecanduan (addiction) sebagai bentuk ketergantungan secara psikologis antara seseorang dengan suatu stimulus, yang biasanya tidak selalu berupa suatu benda atau zat. Di dalam DSMIV tidak digunakan kata atau istilah addiction untuk menggambarkan penggunaan secara patologis atau berlebihan pada suatu stimulus. DSMIV menggunakan istilah dependence untuk kecanduan pada suatu stimulus secara pathological, misalnya ketergantungan untuk berjudi.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Semester 5 tahun 2010/2011 sejumlah 639 mahasiswa. Subjek penelitian ditetapkan untuk diambil 10% secara random sebagai sampel dari populasi yang berjumlah 639 mahasiswa yaitu 65 mahasiswa dengan menggunakan teknik proportional sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala self control dengan aitem yang dibuat adalah 50 item dari aspek behavioral control, cognitive control, decisional control. Skala kedua yaitu skala internet addiction yang dibuat adalah 51 aitem dari aspek compulsive use, loss of control, continued use despite adverse consequences. Alternatif jawaban yang tersedia ada empat, yaitu Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Self control diukur dengan skala Self control dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,850. Skala self control terdiri dari 31 aitem valid dengan rentang koefisien validitas dari 0,252 sampai dengan 0,680. Internet addiction di ukur dengan menggunakan skala internet addiction. Skala internet addiction mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,868. Skala internet addiction terdiri dari 33 item valid dengan rentang koefisien validitas dari 0,267 sampai dengan 0,731. Uji korelasi menggunakan teknik korelasi product moment yang dikerjakan menggunakan bantuan program SPSS 12.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan variabel self control tergolong rendah dengan persentasi 93,85%, berrati bahwa mahasiswa kurang mampu mengontrol perilaku, mengambil keputusan atau suatu tindakan yang cukup baik terhadap internet. Variabel internet addiction tergolong tinggi dengan persentasi 96,92%, hal ini berarti mahasiswa mengalami kecanduan dalam berinternet, yang ditandai dengan mahasiswa selalu tertuju pada internet, kurang dapat dalam mengontrol penggunaan internet. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif antara self control dengan internet addiction pada mahasiswa FIP semester 5 UNNES,. Hal ini ditunjukkan dengan hasil korelasi product moment r = -0,752 dengan signifikansi atau p = 0,000 dimana p < 0,01.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa terdapat hubungan negatif antara self control dengan internet addiction pada mahasiswa FIP semester 5 UNNES. Semakin rendah self control maka semakin tinggi internet addiction. Terujinya hipotesis dalam penelitian ini disebabkan oleh tingginya pemakaian internet secara berlebihan, sehingga dalam mengendalikan perilaku kurang baik atau rendah. Pengguna internet yang mempunyai self control yang tinggi akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku online. Kebiasaan didefinisikan sebagai suatu bentuk perilaku otomatis kurang kesadaran, perhatian, intensionalitas, dan / atau pengendalian. Namun, empat dimensi tersebut adalah independen (Saling & Phillips, 2007). Jadi individu mungkin sangat menyadari perilaku online yang berlebihan dan bahkan berniat untuk menghentikan, tapi masih bisa dikatakan memiliki kebiasaan berdasarkan perilaku kurangnya pengendalian, atau kekurangan reaksi diri dalam hal ini. Demikian juga, individu mungkin kurang kesadaran, perhatian, atau intensionalitas tapi masih merasa mengendalikan perilaku media online, atau setidaknya memiliki kegagalan dalam mengontrolnya (Young, 1996:65).
Self control yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan semester 5 berada pada kategori rendah dengan persentase 93,85%.
KESIMPULAN

Dari pembahasan jurnal Hardie & Tee dapat disimpulkan bahwa menurut survei online dari 96 orang dewasa menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria Young (1998) pada Test Kecanduan Internet :

40% dapat diklasifikasikan sebagai pengguna internet rata-rata.
52% dapat diklasifikasikan sebagai masalah penggunaan internet yang berlebihan.
8% dapat diklasifikasikan sebagai patologis kecanduan internet.

Neurotisisme dan dukungan dari jaringan sosial online adalah prediktor signifikan penggunaan internet yang berlebihan. Pengguna yang berlebihan ditemukan lebih muda dan kurang berpengalaman dalam menggunakan komputer dari pengguna rata-rata atau kecanduan.

Dilihat dari tabel 2 (Kepribadian, emosi dan skor dukungan sosial untuk kelompok pengguna rata-rata, pengguna yang berlebihan dan pecandu internet) permasalahan internet yang berpengaruh pada psikologis pengguna yang kecanduan internet adalah masalah neuroticism, selanjutnya masalah extraversion, lalu kecemasan sosial, kesepian emosional, kesepian sosial, dukungan sosial, dan terakhir dukungan sosial internet. Untuk permasalahan pada pengguna internet yang berlebihan, masalah psikologis yang utama adalah masalah neuroticism, selanjutnya masalah extraversion, lalu kecemasan sosial, diikuti dengan kesepian emosional, kesepian sosial, dukungan sosial, dan terakhir dukungan sosial internet.

Penggunaan internet yang berlebihan mencapai presentase 52% sangat jauh berbeda dengan yang kecanduan internet yang hanya mencapai 8% saja. Walaupun masalah kecanduan internet hanya mencapai presentase yang sedikit, tetapi melihat presentase penggunaan internet yang berlebihan mencapai 52% perlu diperhatikan lagi permasalahan ini, karena kecanduan internet bermula dari keasyikan kita berlama-lama menggunakan internet, lambat laun kita akan merasa cemas dengan tidak bermain internet, dan lama-kelamaan akan menjadi pecandu internet yang sulit lepas dari internet dan berdampak kurang baik dalam aspek psikologis (neuroticism, extraversion, kecemasan sosial, kesepian emosional, kesepian sosial, dukungan sosial, dan dukungan sosial internet).


Waspadalah dengan penggunaan internet yang berlebihan, karena dapat berdampak pada masalah yang lebih kompleks lagi yaitu bahaya kecanduan internet. Gunakanlah internet dengan sewajarnya, jangan sampai penggunaan internet merugikan diri sendiri.

Referensi: