Rabu, 23 Maret 2016

Tulisan Kasus Psikoanalisis

Tulisan 1

Contoh Kasus :

Kasus 1:
Isabela Wanita asal Dodge Center, Minnesota, Amerika yang masa kecilnya mengalami penyiksaan berat oleh ibu kandungnya sendiri, dalam sebuah lingkungan keluarga ortodoks. Sang ibu berbuat begitu karena menginginkan anaknya tumbuh kuat dan berdisiplin, setiap melakukan kesalahan Isabel disiksa oleh ibunya hingga ketika besar tumbuh menjadi pribadi yang tercerai-berai, bayangan masa lalunya membuat Isabel mengalami Multiply Personality Disorder di kehidupan dewasanya. 
Isabel adalah seorang wanita muda, pintar (baik dalam akademik maupun seni) namun sering mengalami ‘kehilangan waktu’. Dr. Wil hadir di dalam hidup Isabel sebagai seorang dokter sekaligus sahabat yang ingin membantu Isabel ‘mengembalikan’ hidupnya. Di awali  di suatu malam, ketika Isabel tiba-tiba tersadar telah berada di tengah badai salju di kota Philadhelpia, sementara kenyataannya Isabel tinggal di New York. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa tiba disana, dia tidak mengerti alasan dia berada di sana. Yang dia ingat, tiga hari yang lalu dia baru keluar dari laboratorium kimia di kampusnya.
Di New York Isabel menyewa sebuah apartemen yang ditinggalinya bersama sahabatnya. Sahabatnya telah mengetahui Gangguan disosiasi yang dialami oleh Isabel. Namun, ternyata diam-diam  Isabel menyimpan perasaan suka sesama jenis terhadap Isabel.
Pada awal terapi, dr . Wil belum menemukan hal yang signifikan dari Isabel. Namun setelah waktu yang cukup lama muncul lah pribadi Isabel yang bernama Peggy Lou. Peggy Lou merupakan pribadi lain dari Isabel yang dapat mengungkapkan kemarahan yang tidak bisa ditunjukkan oleh Isabel. Disamping Peggy Lou, ada juga kembarannya yaitu Peggy Ann yang merupakan pribadi lain dari Isabel yang dapat menunjukkan keberanian yang tidak bisa ditunjukkan oleh Isabel. Setelah itu muncul pribadi-pribadi lain seperti Vicky yang merupakan sosok impian Isabel yang sempurna. Kemudian ada lagi pribadi lain yaitu Marcia yang pintar menulis, Vanessa yang pandai memainkan piano, Marry yang gemar bersajak dan bersifat keibuan, Helen yang ambisius, Clara yang menyukai musik dan pelajaran Bahasa Inggris, Anny yang mengidap penyakit psikologis neurasthania , Mike yang merupakan identifikasi Kakek Isabel yang agresif, Sid merupakan identifikasi Ayah Isabel yang bersifat hati-hati, Nancy yang tertarik dengan politik, Marjorie yang periang, Ruthie merupakan sosok bayi, dan terakhir The Bonde yang menyukai kuliah. Ke-15 pribadi Isabel ini mengenal baik Isabel, tetapi Isabel sama sekali tidak mengenal mereka. Isabel hanya merasa ada ”waktu yang hilang” dalam hidupnya yang disebut (fuga).
                                                                                                          
Ke-15 pribadi yang lain tersebut sering berdialog dengan dr. Wil dan menyatakan merasa kasihan dengan sosok Isabel yang pemurung, tidak bisa marah, ceria, bahkan menangis sekalipun. Pribadi-pribadi yang lain tersebut telah menggantikan hari-hari Isabel yang dianggap hilang. Contohnya saja ketika Peggy mengambil posisinya saat Isabel dikelas 3. Peggy telah mampu menghafal perkalian, mampu menyanyi, dan ceria. Namun semua orang disekitarnya kaget ketika mengetahui tiba-tiba Isabel yang pintar perkalian, ceria mendadak berubah menjadi Isabel yang pemurung, dan penakut.
Kepribadian majemuk yang dialami Isabel membuat dr. Wil heran. Ada 16 pribadi yang berlainan dalam satu jasad. Dr. Wil mencoba menganalisis apa yang menyebabkan Isabel menjadi pemurung, kurus, membenci tangan, membenci suara musik, takut untuk memegang barang-barang yang terbuat dari kaca, dan tak menyukai wanita yang berambut putih. Melalui pribadi-pribadi lain yang muncul itulah yang mengungkapkan semuanya kepada dr. Wil.
Melalui analisa dr. Wil ditemukan lah penyebab terpecahnya kepribadian Isabel. Kepribadiannya sudah terpecah saat Isabel berusia 2,5 tahun.

Kasus 2:
Sepulang dari kuliah, Rian menuju rumah Jeni namun keributan yang terjadi membuat Rian terkejut. Dia menyentuh daun pintu dan ternyata tak terkunci. Rian memutuskan untuk masuk ke rumah Jeni dan menemukan Jeni dilempar oleh Ayahnya.
Ayah Jeni marah karena Rian tak tahu sopan santun, masuk ke rumah mereka sembarangan. Dia melempar Rian juga dan menendang –nya. Kejadian ini membuat ia teringat masa kecilnya, ketika ia berada disebuah ruangan dan seseorang mendekatinya. Rian kecil ketakutan karena telah terpojok. Sirine mobil polisi terdengar dan menghentikan keributan yang tengah terjadi. Polisi itu datang karena menerima laporan dari tetangga mereka, “Apakah ayahmu memukulmu?”
Jeni terdiam. Kini wajahnya sudah babak belur, ia menunjuk seseorang namun bukanlah ayahnya melainkan Rian. “Dia kasar lebih dulu pada kami. Ayahku menemukanku. Dia memukulku.” Rian terkejut, “Kenapa kau berbohong? Katakan yang sebenarnya Rian, kau tak akan bisa keluar dari neraka ini!” Jeni tetap diam melihat Rian digiring ke kantor polisi karena pengakuan palsunya.
Proses dikepolisian sepertinya tak berlangsung lama karena malam harinya Rian sudah berada dirumah. Tapi berita tentang dirinya sudah sampai ke  paman Ari menelfon tapi tak diangkat oleh Rian. Dia hanya mendengarkan pesan yang ditinggalkan paman Ari. “Apa yang terjadi? Ayah dan ibumu sekarang belum tahu. Aku sibuk karena perjalanan bisnis di San Fransisco. Aku akan datang menemuimu dengan pesawat jet. Aku ingin tahu ceritanya.”
Rian menatap pantulan wajahnya dicermin, kini lebam memenuhi seluruh wajahnya dan luka juga ada dirusuknya. Dia memegang luka tersebut namun malah membuat ingatan masa lalu –nya kembali muncul, masa dimana ia diperlakukan kasar.
Seketika tubuh Rian kaku, dia terduduk dan berteriak kesakitan. Rian mencoba meraih obat yang ada di rak tapi obatnya malah terjatuh. (Aneh). Sikap Rian langsung berubah, dia mengetuk – ngetukkan tangannya ke meja. Saat dia kembali berkaca, auranya berubah garang. Dia bahkan tersenyum sadis ke arah cermin. Kini Rian sudah berada dijalanan dengan aura rocker dengan eyeliner tebalnya. Dia berjalan menuju suatu tempat dan siapa sangka kalau Rian kembali ke rumah Jeni untuk membalas memukul ayah Jeni. Dia memukulinya sampai babak belur dan wajahnya penuh dengan darah, “Tatap aku! Kalau kau berani menyentuhnya lagi, aku akan mematahkan setiap tulangmu!” ancamnya. rama berjalan pergi saat dirasa puas telah memukuli Ayah Jeni.
Dari lantai atas Jeni muncul, dia berucap tanpa suara. “terimakasih.”  Rian balas ucapan Jeni hanya dengan senyuman.
Keesokan paginya, Rian terbangun dengan linglung apalagi saat melihat penampilan dirinya didepan kaca. Memakai eyeliner dan style yang sangat berbeda dengan dia, ditambah saat dia melihat percikan noda darah di jas –nya. ini semakin membuatnya tak tahu apa yang sedang terjadi.
Pamannya datang tepat saat itu, dia terkejut saat melihat penampilan Rian. “Ya tuhan, apa yang terjadi?”

“Paman Ari, tolong bantu aku...” pinta Rian bingung. Sekali lagi dia menatap pantulan dirinya dicermin.
Rian: “ Pertama kali aku menyadari bahwa ada monster yang hidup dalam diriku. Namanya adalah Shin. Dia memiliki umur yang sama denganku. Setiap kali dia muncul maka akan ada pertumpahan darah disekitarnya.”

Tampaklah beberapa kilasan Rian melakukan kekerasan pada seseorang dan mencekiknya. Dan saat ia sadar, ia tidak ingat akan apa yang ia lakukan. Ia akan syok dan kebingungan. Seketika dokter psikologi yang menangani rama pun bergidig ngeri. Rama menjelaskan kalau Shin hanya akan muncul ketika dia gila. Dia tak akan menggunakan kekerasan pada anak kecil dan perempuan.

Meskipun ngeri, Dokter itu meminta rama melanjutkan ceritanya.

Rian: “Dia muncul tanpa permisiku dan mencuri waktu serta tubuhku. Tapi karena dia mencuri tubuhku dan hatiku maka aku tak bisa mengingat apa yang terjadi sepenuhnya. Jadi kadang – kadang......”

FLASHBACK
Pernah suatu kali Rian tersadar dari tidurnya, ia terbangun dengan tanpa mengenakan pakaian setelah ia menoleh ternyata lengannya sedang di -tatto. Ia pun langsung bangkit dan membuat pen –tatto marah.
Rian: “Aku berakhir ditempat yang tak ku ketahui.
Atau saat dia berada disebuah cafe, dia sedang duduk disana dan tiba – tiba seorang wanita menghampiri Rian. Dia memuji tampilan Rian yang gentle hari ini ataupun kemarin juga dia tampak seksi. Rian kebingungan karena tak mengenal wanita tadi, “Maaf, anda siapa?”. Jelas saja wanita tadi marah lalu menghadiahi Rama dengan segelas minuman alias disiram.

LASHBACK END
Dokter yang mendengar kisah Rian sampai ngeri sendiri, apa yang terjadi pada Rian memangnya?

“Aku didiagnosis oleh dokterku empat tahun yang lalu, Dr. Scottfield. DID. Orang – orang biasanya menyebut sebagai kepribadian ganda.”

“Berapa kepribadian yang ada dalam dirimu?”

Rian pun mengurutkannya, “Ada Si Jahat Shin. Yahya yang mencoba untuk mengakhiri hidup berkali – kali.....”
Rian: “Aku tak yakin berapa orang yang tinggal dalam tubuhku. Aku tak yakin jika suatu saat orang – orang baru akan muncul dalam tubuhku.

Pembahasan dan penerapan Terapi :

Kepribadian yang terpisah dan berbeda pada seseorang. Setiap kepribadian tersebut memliki pola pikir, perilaku, ingatan dan hobi yang berbeda. Seperti halnya kedua orang tersebut yang memiliki beberapa kepribadian yang berlainan memiliki perilaku, pola pikir dan ingatan yang berlainan.
Gangguan Identitas disosiatif pada umumnya disebabkan oleh trauma di masa kanak-kanak (childhood umur 3 – 11 tahun) dan remaja (adolesence umur 12-18 tahun). Masa kanak-kanak Isabel dan Rian penuh dengan trauma-trauma terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Pengalaman traumatis tersebut terjadi berulang kali sehingga menyebabkan terbentuknya beberapa kepribadian pada diri keduanya.
Penderita gangguan identitas disosiatif kerap mengalami depersonalisasi dan derealisasi. Yaitu si penderita mengalami perasaan yang tidak nyata, merasa seperti terpisah dengan fisik dan mentalnya. Dalam kasus Isabel dan Rian, mereka menganggap diri sebagai sesuatu yang asing baginya. Kemudian penderita mengalami distorsi waktu. Mereka sangat sering merasa adanya ”waktu yang hilang” selama pribadi lain mengambil posisi dalam dirinya. Keinginan untuk bunuh diri pernah dilakukan oleh pribadi lain, yang tidak sanggup menanggung beban pengalaman traumatis yang cukup berat bagi mereka, namun sosok pribadi lain berhasil menghalangi keinginan untuk bunuh diri.
Selanjutnya, pada penderita gangguan identitas disosiatif adanya fluktasi tingkat kemampuan pada diri penderita. Misalnya, pada saat Isabel kelas 3, posisinya digantikan oleh Peggy. Peggy sebagai Isabel yang merupkan sosok ceria, dan pandai berkalian tiba-tiba saat kelas 5 berubah menjadi Isabel yang pemurung dan tidak pandai perkalian. Dan pada saat Shin melawan  orang dan mengambil alih tubuh Rian untuk menyelamatkan Putri. Namun saat yang lain Rian berperilaku layaknya seorang gadis dengan kepribadian Hana yang bertolak belakang. Mengakibatkan orang di sekitar mereka menjadi heran dengan perubahan dadakan yang dialami oleh mereka. Ada lagi kepribadian lain yang pandai dalam hal lainnya, namun mereka pribadi tidak mampu melakukannya. Jadi, kemampuannya berubah sesuai dengan kepribadian mana yang muncul.
Menurut teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, trauma masa kanak-kanak merupakan kejadian yang paling berpeluang mengakibatkan gangguan kepribadian seseorang, termasuk gangguan identitas disosiatif. Pada masa kanak-kanak, itu merupakan awal dari terbentuk dan berkembangnya kepribadian seseorang. Saat terjadi pengalaman traumatis yang kurang menyenangkan, maka individu megusahakan diri untuk merepress ke alam bawah sadarnya. Namun, jika pengalaman tersebut tidak dapat diatasi, maka akan memaksanya untuk menciptakan pribadi lain yang mampu menghadapi situasi yang tidak mampu dihadapi oleh si individu. Menurut Freud, munculnya pribadi yang lain tersebut merupakan salah satu defence mechanism, yaitu suatu sistem yang terbentuk pada diri seseorang saat ia tidak mampu menghadapi kecemasan yang luar biasa. Munculnya kepribadian-kepribadian lain tersebut tergantung pada suatu situasi yang mereka hadapi.

Setelah melakukan psikoanalisis, Dokter atau terapis yang menangani hal ini  mengambil metode psikoterapi dengan cara hipnosis untuk menyatukan pribadi-pribadi mereka yang terpecah. Dokter menyamakan seluruh usia pribadi-pribadi yang lain dengan usia karakter utama (kepribadian utama). Hipnosis ini merupakan teknik terapi psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud. Freud menyatakan, untuk menyelesaikan masalah kejiwaan, terlebih dahulu harus ditelusuri alam ketiksadarannya melalui beberapa teknik, seperti hipnosis, asosiasi bebas, analisis mimpi, dan lain-lain. Proses ini berlangsung secara bertahap. Sebelumnya pasien sempat diberikan Sodium Penothal, yaitu obat untuk mengurangi kecemasan dan membangkitkan kegembiraan. Namun pemberian obat ini dihentikan karena efeknya yang membuat pasien ketergantungan.

Pengertian Psikoterapi dan Pengertian terapi Psikoanalisis

PENGANTAR
A.   DEFINISI PSIKOTERAPI
Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti, yaitu “Psyche”  yang artinya ­jiwa  dan  “Therapy”  artinya  merawat , sehingga dalam arti sederhana  psikoterapi adalah “ Perawatan terhadap aspek Kejiwaan”. Istilah psikoterapi (psychotherapy), mempunyai pengertian yang cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), kerja sosial (case work), pendidikan dan ilmu Agama.
Menurut Lewis R. Worberg M.D dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alatalat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan: menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif. Sedangkan menurut Corsini ( 1989 ) psikoterpai adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapin ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak.
B.    TUJUAN PSIKOTERAPI
1.      Tujuan psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang dikemukakan oleh Ivey et al dan Corey (dalam Gunarsa, 2007).
a.       Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut ivey, et, al (1987) membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. Sedangkan tujuan Psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis dengan membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman  yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual (Corey, 1991).

2.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987)  mengenai keefektifan dari terapi Gestalt dilaporkan oleh Simkin (1976); Greenberg& Higgins (1980) dan Harman (1984). Kesemuanya menunjukkna hasil yang positif dan meyakinkan mengenai keefektifanya.

a.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Eksistensialistik-humanistik menurut Ivey, et al (1987) menemukan dan melakukan tindakan. menyadarkan akan hal-hal ya asazi pada manusia tentang pemilihan, keterlibatan diri dan kecemasan serta mengembangkan aspek-aspek dalam dirinya agar mencapai kematangan pada tujuan -tujuan hidupnya. Corey (1991) untuk membantu seseorang mengetahui bahwa ia punya kebebasan dan menyadari akan kemungkinan - kemungkinan yang dimiliki.

3.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik menurut Ivey, et al (1987) Untuk menghilang kankesalahan dalam belajar berperilaku dan untuk mengganti dengan pola - pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.Corey (1991) terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang malasuai (maladaptive) yang lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.

4.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik menurut Ivey, et al (1987) menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. Corey (1991) menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dan toleran.


5.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Metode dan teknik Gestalt menurut Ivey, et al (1987) agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab atas arah kehidupan seseorang. Corey (1991) membantu klien memperoleh pemahaman mwngenai saat - saat dari pengalamannya. Untuk merangsangnya menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan - dorongan dari dunia luar.

6.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Terapi Realitas menurut Ivey, et al (1987) untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibat - akibatnya. Corey (1991) untuk membantu seseorang agar lebhi efektif dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhannya. Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa seberapa jauh tindakannya berhasil.

C.     UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Menurut Singgih (2004) telah melaporkan tujuh parameter pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Terdapat 7 ” Parameter Pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, antara lain: Peran sosial (“martabat”) psikoterapis, Hubungan (persekutuan terapeutik), Hak, Retrospeksi, Re-edukasi, Rehabilitasi, Resosisalisasi, dan Rekapitulasi.
D.    PERBEDAAN ANTARA PSIKOTERAPI & KONSELING

Teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikiis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian. sedangkan konseling tidak bisa dikatakan sebagai psikoterapi karena tidak ada hubungan profesional antara dokter dengan pasien. Menurut para ahli juga memang konseling berbeda dengan psikoterapi oleh karena itu tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”.
Psikoterapi dan Konseling merupakan intervensi yang dilakukan oleh orang ahli untuk orang yang datang padanya dimana keduanya merupakan interaksi antara seorang profesional dengan orang yang minta bantuan profesional. Baik konseling maupun psikoterapi merupakan proses persuasi (Prawitasari dalam Sholeh, 2008).
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983).


Psikoterapi untuk  
1. Pasien
2. Ganguan yang serius
3. Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4. Berhubungan dengan penyembuhan
5. Lingkungan medis
6. Berhubungan dengan ketidaksadaran
7. Metode Penyembuhan

Konseling untuk
1. Klien
2. Gannguan yang kurang serius
3. Masalah: jabatan, pendidikan
4. Berhubungan dengan pencegahan
5. Lingkungan pendidikan dan nonmedis
6. Berhubungan dengan kesadaran
7. Metode Pendidikan

E.     PENDEKATAN TERHADAP “MENTAL ILLNES”
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan gangguan mental atau (mental illnes) ialah ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Dengan demikian gangguan mental ialah kondisi kejiwaan yang lemah (sakit), yang bisa merusak kepribadian dengan tingkah lakunya yang tidak normal (abnormal), serta mengakibatkan seseorang atau individu mengalami kesulitan bersosialisasi, beraktualisasi, dan beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara sederhana, gangguan mental dimaksudkan sebagai tidak adanya atau kekurangannya dalam hal kesehatan mental. Dari pengertian ini,orang yang menunjukkan kurang dalam hal kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental. Pengertian ini sejalan dengan dengan yang dikemukakan oleh (Kaplan dan Sadock,1994) yang menyatakan gagguan mental itu “as any significant deviation from an idela state of positive mental health” artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikadi adanya gangguan mental.
Ada beberapa pandangan terkait dengan pendekatan mental illness menurut JP Chaplin, antara lain:
1.   Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2.   Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.   Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4.   Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.




TERAPI PSIKOANALISIS
A.    KONSEP DASAR TEORI PSIKOANALISIS
Sigmun Freud (1856-1939) merupakan tokoh pendiri psikoanalisis, dalam psikoanalisis ini ia memiliki beberapa pandangan, antara lain: kesadaran dan ketidaksadaran, struktur kepribadian, insting dan kecemasan, mekanisme pertahanan ego dan perkembangan psikoseksual (dalam Basuki, 2008).
1.      Struktur Kepribadian : Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis).

a.       Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat nalurinaluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginan – keinginan yang direpresi. Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.
b.      Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas.
c.       Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilainilai moral bersifat evaluatif. Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakanbatasan baik dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian


2.      Kesadaran & Ketidaksadaran :
Menurut Freud kehidupan psikis terdiri atas kesadaran (the conscious) ­dan ketidaksadaran (the unconscious). Kesadaran digambarkan sebagai gunung es yang permukaannya nampak keluar dimana hal ini merupakan sebagian kecil dari kepribadian seseorang. Ketidak sadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya.
Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari halhal berikut, seperti:
(1) mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
(2) salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,
(3) sugesti pasca hipnotik,
(4) materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan
(5) materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.
3.      Insting dan Kecemasan
Freud membagi 2 macam insting dalam diri manusia, pertama Insting untuk hidup mencakup lapar, haus dan seks, insting ini juga dapat disebut sebagai Libido. Kedua adalah Insting untuk mati yang bersifat destruktif seperti menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Kecemasan terbagi menjadi 3 macam, pertama Kecemasan objektif  yaitu kecemasan yang timbul dari bahaya yang nyata. kedua Kecemasan neurotik yaitu kecemasan atau meraa takut atas hukuman atas keinginan yang impulsif. ketiga Kecemasan moral yaitu kecemasan yang timbul terkait dengan masalah moral, seperti melanggar norma-norma.


4.      Mekanisme Pertahanan
Mekanisme Pertahanan (defence mechanism) bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh superego dan ego. Mekanisme pertahanan ini berfungsi untuk melindungi superego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus menerus karena tidak diizinkan muncul oleh superego. Terdapat 9 mekanisme pertahanan, antara lain: represi, reaction formation, projection, displacement, rationalisation, supression, sublimation, kompensasi dan regresi.
5.      Perkembangan Psikoseksual
Freud mengatakan baha setiap orang mempunyai seksualitas anak-anak (infantile sexuality) yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui beberapa tahap perkembangan, yaitu:
a. Oral (0-2 tahun): daerah kepuasan seksual terdapat pada area sekitar mulut.
b. Anal (2-3 tahun): daerah kepuasan seksual terdapat pada anus.
c. Phalic (3-6 tahun): daerah kepuasan terdapat pada alat kelamin (mulai mengerti jenis  kelaminnya) namun tidak bertujuan untuk mengembangkan keturunan.
d. Latent (6-12 tahun): fase ini adalah fase sembunyi dimana seseorang tidak menunjukan aktivitas seksualnya.
e. Genital (+12 tahun): fase remaja kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.
6.      Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem energi, yang memperoleh energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk bermacam-macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otototot, mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya.


B.     UNSUR-UNSUR TERAPI PSIKOANALISIS
Terapi Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Secara umum konsep utama dari teori psikoanalisa ialah kebutuhan seperti:
Setiap anak memilki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam rangka perkembangan kepribadiannya secara sehat. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa memilki, dan perasaan sukses. Perasaan merupakan aspek yang mendasar dan penting dalam kehidupan dan perilaku anak. Masing-masing anak berkembang melalui beberapa tahapan perkembangan emosional. Pengalaman traumatik dan deprivasi dapat berpengaruh terhadap munculnya gangguan kepribadian. Kualitas hubungan emosional anak dengan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam kehidupannya merupakan faktor yang sangat krusial. Kecemasan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dan konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting terhadap munculnya gangguan tingkah laku.
1. Munculnya  gangguan
   Terapis melakukan upaya  memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan terapi
    Fokus dalam usaha penguatan diri klien, agar dikemudian hari bila klien mengalami masalah yang serupa, maka klein akan lebih siap menghadapi gangguan yang dialaminya.
3. Peran terapis
    Memberi bantuan kepada klien untuk mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan keefektifan  dalam melakukan hubungan personal, menangani kecemasan atau depresi secara realistis, juga membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus jika klien memberikan penolakan, serta mendengarkan dengan sabar tentang kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.


C.     TEKNIK TERAPI PSIKOANALISIS
Strachey (1936) menekankan bahwa mencari tahu bagaimana pasien mendistorsi persepsi tentang analis adalah cara untuk memahami apa yang mungkin telah dilupakan. Berbagai kenangan dalam kehidupan awal umumnya terdistorsi. Freud menyebutnya sebagai "screen memory". Dan dalam hal apapun, pengalaman yang sangat dini (sebelum usia dua tahun) tidak dapat diingat. Metode dasar psikoanalisis adalah interpretasi konflik bawah sadar pasien yang mengganggu kesehariannya, yaitu konflik yang menyebabkan gejala menyakitkan seperti fobia, kecemasan, depresi, dan kompulsi.
Terapi Psikoanalisis adalah terapi kausal yang berusaha menghilangkan penyebab-penyebab neurosis. Tujuannya adalah memecahkan konflik-konflik neurotik pasien, termasuk neurosis infantil yang merupakan inti dari neurosis orang dewasa. Dengan memecahkan konflik-konflik neurotik berarti mempersatukan kembali dengan ego sadar bagian-bagian dari id, superego, dan ego tak sadar yang telah dikeluarkan dari proses pematangan bagian-bagian lain yang sehat dalam seluruh kepribadian, (Semiun, 2006).
Beberapa teknik dalam terapi psikoanalisa :
1.      Asosiasi bebas :
Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.
2.      Penafsiran
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.
3.      Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4.      Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.
5.      Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.

Sumber:
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed.). New York: McGraw-Hill.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Semiun, Y.(2006). Teori kepribadian & terapi psikoanalitik: Freud. Yogyakarta: Kanisius
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Gunung Mulia, Jakarta, 1992, hlm. 154-155
Singgih D. Gunarsa, Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1983, cet. II, hlm. 6
Wolberg, L, R. (1967). The technique of psychotherapy. New York: Grune & Stratton

digilib.uinsby.ac.id/8623/4/bab%202.pdf
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=10438
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=373
srini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13996/tespengantr-fix.doc
xa.yimg.com/kq/groups/20899393/125933547/name/Psikoterapi.doc