Rabu, 23 Maret 2016

Pengertian Psikoterapi dan Pengertian terapi Psikoanalisis

PENGANTAR
A.   DEFINISI PSIKOTERAPI
Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti, yaitu “Psyche”  yang artinya ­jiwa  dan  “Therapy”  artinya  merawat , sehingga dalam arti sederhana  psikoterapi adalah “ Perawatan terhadap aspek Kejiwaan”. Istilah psikoterapi (psychotherapy), mempunyai pengertian yang cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), kerja sosial (case work), pendidikan dan ilmu Agama.
Menurut Lewis R. Worberg M.D dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alatalat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan: menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif. Sedangkan menurut Corsini ( 1989 ) psikoterpai adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapin ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak.
B.    TUJUAN PSIKOTERAPI
1.      Tujuan psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang dikemukakan oleh Ivey et al dan Corey (dalam Gunarsa, 2007).
a.       Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut ivey, et, al (1987) membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. Sedangkan tujuan Psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis dengan membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman  yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual (Corey, 1991).

2.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987)  mengenai keefektifan dari terapi Gestalt dilaporkan oleh Simkin (1976); Greenberg& Higgins (1980) dan Harman (1984). Kesemuanya menunjukkna hasil yang positif dan meyakinkan mengenai keefektifanya.

a.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Eksistensialistik-humanistik menurut Ivey, et al (1987) menemukan dan melakukan tindakan. menyadarkan akan hal-hal ya asazi pada manusia tentang pemilihan, keterlibatan diri dan kecemasan serta mengembangkan aspek-aspek dalam dirinya agar mencapai kematangan pada tujuan -tujuan hidupnya. Corey (1991) untuk membantu seseorang mengetahui bahwa ia punya kebebasan dan menyadari akan kemungkinan - kemungkinan yang dimiliki.

3.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik menurut Ivey, et al (1987) Untuk menghilang kankesalahan dalam belajar berperilaku dan untuk mengganti dengan pola - pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.Corey (1991) terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang malasuai (maladaptive) yang lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.

4.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik menurut Ivey, et al (1987) menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. Corey (1991) menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dan toleran.


5.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Metode dan teknik Gestalt menurut Ivey, et al (1987) agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab atas arah kehidupan seseorang. Corey (1991) membantu klien memperoleh pemahaman mwngenai saat - saat dari pengalamannya. Untuk merangsangnya menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan - dorongan dari dunia luar.

6.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Terapi Realitas menurut Ivey, et al (1987) untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibat - akibatnya. Corey (1991) untuk membantu seseorang agar lebhi efektif dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhannya. Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa seberapa jauh tindakannya berhasil.

C.     UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Menurut Singgih (2004) telah melaporkan tujuh parameter pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Terdapat 7 ” Parameter Pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, antara lain: Peran sosial (“martabat”) psikoterapis, Hubungan (persekutuan terapeutik), Hak, Retrospeksi, Re-edukasi, Rehabilitasi, Resosisalisasi, dan Rekapitulasi.
D.    PERBEDAAN ANTARA PSIKOTERAPI & KONSELING

Teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikiis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian. sedangkan konseling tidak bisa dikatakan sebagai psikoterapi karena tidak ada hubungan profesional antara dokter dengan pasien. Menurut para ahli juga memang konseling berbeda dengan psikoterapi oleh karena itu tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”.
Psikoterapi dan Konseling merupakan intervensi yang dilakukan oleh orang ahli untuk orang yang datang padanya dimana keduanya merupakan interaksi antara seorang profesional dengan orang yang minta bantuan profesional. Baik konseling maupun psikoterapi merupakan proses persuasi (Prawitasari dalam Sholeh, 2008).
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983).


Psikoterapi untuk  
1. Pasien
2. Ganguan yang serius
3. Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4. Berhubungan dengan penyembuhan
5. Lingkungan medis
6. Berhubungan dengan ketidaksadaran
7. Metode Penyembuhan

Konseling untuk
1. Klien
2. Gannguan yang kurang serius
3. Masalah: jabatan, pendidikan
4. Berhubungan dengan pencegahan
5. Lingkungan pendidikan dan nonmedis
6. Berhubungan dengan kesadaran
7. Metode Pendidikan

E.     PENDEKATAN TERHADAP “MENTAL ILLNES”
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan gangguan mental atau (mental illnes) ialah ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Dengan demikian gangguan mental ialah kondisi kejiwaan yang lemah (sakit), yang bisa merusak kepribadian dengan tingkah lakunya yang tidak normal (abnormal), serta mengakibatkan seseorang atau individu mengalami kesulitan bersosialisasi, beraktualisasi, dan beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara sederhana, gangguan mental dimaksudkan sebagai tidak adanya atau kekurangannya dalam hal kesehatan mental. Dari pengertian ini,orang yang menunjukkan kurang dalam hal kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental. Pengertian ini sejalan dengan dengan yang dikemukakan oleh (Kaplan dan Sadock,1994) yang menyatakan gagguan mental itu “as any significant deviation from an idela state of positive mental health” artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikadi adanya gangguan mental.
Ada beberapa pandangan terkait dengan pendekatan mental illness menurut JP Chaplin, antara lain:
1.   Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2.   Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.   Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4.   Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.




TERAPI PSIKOANALISIS
A.    KONSEP DASAR TEORI PSIKOANALISIS
Sigmun Freud (1856-1939) merupakan tokoh pendiri psikoanalisis, dalam psikoanalisis ini ia memiliki beberapa pandangan, antara lain: kesadaran dan ketidaksadaran, struktur kepribadian, insting dan kecemasan, mekanisme pertahanan ego dan perkembangan psikoseksual (dalam Basuki, 2008).
1.      Struktur Kepribadian : Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis).

a.       Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat nalurinaluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginan – keinginan yang direpresi. Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.
b.      Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas.
c.       Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilainilai moral bersifat evaluatif. Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakanbatasan baik dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian


2.      Kesadaran & Ketidaksadaran :
Menurut Freud kehidupan psikis terdiri atas kesadaran (the conscious) ­dan ketidaksadaran (the unconscious). Kesadaran digambarkan sebagai gunung es yang permukaannya nampak keluar dimana hal ini merupakan sebagian kecil dari kepribadian seseorang. Ketidak sadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya.
Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari halhal berikut, seperti:
(1) mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
(2) salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,
(3) sugesti pasca hipnotik,
(4) materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan
(5) materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.
3.      Insting dan Kecemasan
Freud membagi 2 macam insting dalam diri manusia, pertama Insting untuk hidup mencakup lapar, haus dan seks, insting ini juga dapat disebut sebagai Libido. Kedua adalah Insting untuk mati yang bersifat destruktif seperti menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Kecemasan terbagi menjadi 3 macam, pertama Kecemasan objektif  yaitu kecemasan yang timbul dari bahaya yang nyata. kedua Kecemasan neurotik yaitu kecemasan atau meraa takut atas hukuman atas keinginan yang impulsif. ketiga Kecemasan moral yaitu kecemasan yang timbul terkait dengan masalah moral, seperti melanggar norma-norma.


4.      Mekanisme Pertahanan
Mekanisme Pertahanan (defence mechanism) bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh superego dan ego. Mekanisme pertahanan ini berfungsi untuk melindungi superego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus menerus karena tidak diizinkan muncul oleh superego. Terdapat 9 mekanisme pertahanan, antara lain: represi, reaction formation, projection, displacement, rationalisation, supression, sublimation, kompensasi dan regresi.
5.      Perkembangan Psikoseksual
Freud mengatakan baha setiap orang mempunyai seksualitas anak-anak (infantile sexuality) yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui beberapa tahap perkembangan, yaitu:
a. Oral (0-2 tahun): daerah kepuasan seksual terdapat pada area sekitar mulut.
b. Anal (2-3 tahun): daerah kepuasan seksual terdapat pada anus.
c. Phalic (3-6 tahun): daerah kepuasan terdapat pada alat kelamin (mulai mengerti jenis  kelaminnya) namun tidak bertujuan untuk mengembangkan keturunan.
d. Latent (6-12 tahun): fase ini adalah fase sembunyi dimana seseorang tidak menunjukan aktivitas seksualnya.
e. Genital (+12 tahun): fase remaja kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.
6.      Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem energi, yang memperoleh energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk bermacam-macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otototot, mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya.


B.     UNSUR-UNSUR TERAPI PSIKOANALISIS
Terapi Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Secara umum konsep utama dari teori psikoanalisa ialah kebutuhan seperti:
Setiap anak memilki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam rangka perkembangan kepribadiannya secara sehat. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa memilki, dan perasaan sukses. Perasaan merupakan aspek yang mendasar dan penting dalam kehidupan dan perilaku anak. Masing-masing anak berkembang melalui beberapa tahapan perkembangan emosional. Pengalaman traumatik dan deprivasi dapat berpengaruh terhadap munculnya gangguan kepribadian. Kualitas hubungan emosional anak dengan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam kehidupannya merupakan faktor yang sangat krusial. Kecemasan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dan konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting terhadap munculnya gangguan tingkah laku.
1. Munculnya  gangguan
   Terapis melakukan upaya  memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan terapi
    Fokus dalam usaha penguatan diri klien, agar dikemudian hari bila klien mengalami masalah yang serupa, maka klein akan lebih siap menghadapi gangguan yang dialaminya.
3. Peran terapis
    Memberi bantuan kepada klien untuk mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan keefektifan  dalam melakukan hubungan personal, menangani kecemasan atau depresi secara realistis, juga membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus jika klien memberikan penolakan, serta mendengarkan dengan sabar tentang kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.


C.     TEKNIK TERAPI PSIKOANALISIS
Strachey (1936) menekankan bahwa mencari tahu bagaimana pasien mendistorsi persepsi tentang analis adalah cara untuk memahami apa yang mungkin telah dilupakan. Berbagai kenangan dalam kehidupan awal umumnya terdistorsi. Freud menyebutnya sebagai "screen memory". Dan dalam hal apapun, pengalaman yang sangat dini (sebelum usia dua tahun) tidak dapat diingat. Metode dasar psikoanalisis adalah interpretasi konflik bawah sadar pasien yang mengganggu kesehariannya, yaitu konflik yang menyebabkan gejala menyakitkan seperti fobia, kecemasan, depresi, dan kompulsi.
Terapi Psikoanalisis adalah terapi kausal yang berusaha menghilangkan penyebab-penyebab neurosis. Tujuannya adalah memecahkan konflik-konflik neurotik pasien, termasuk neurosis infantil yang merupakan inti dari neurosis orang dewasa. Dengan memecahkan konflik-konflik neurotik berarti mempersatukan kembali dengan ego sadar bagian-bagian dari id, superego, dan ego tak sadar yang telah dikeluarkan dari proses pematangan bagian-bagian lain yang sehat dalam seluruh kepribadian, (Semiun, 2006).
Beberapa teknik dalam terapi psikoanalisa :
1.      Asosiasi bebas :
Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.
2.      Penafsiran
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.
3.      Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4.      Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.
5.      Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.

Sumber:
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed.). New York: McGraw-Hill.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Semiun, Y.(2006). Teori kepribadian & terapi psikoanalitik: Freud. Yogyakarta: Kanisius
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Gunung Mulia, Jakarta, 1992, hlm. 154-155
Singgih D. Gunarsa, Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1983, cet. II, hlm. 6
Wolberg, L, R. (1967). The technique of psychotherapy. New York: Grune & Stratton

digilib.uinsby.ac.id/8623/4/bab%202.pdf
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=10438
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=373
srini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13996/tespengantr-fix.doc
xa.yimg.com/kq/groups/20899393/125933547/name/Psikoterapi.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar