Rabu, 23 Maret 2016

Tulisan Kasus Psikoanalisis

Tulisan 1

Contoh Kasus :

Kasus 1:
Isabela Wanita asal Dodge Center, Minnesota, Amerika yang masa kecilnya mengalami penyiksaan berat oleh ibu kandungnya sendiri, dalam sebuah lingkungan keluarga ortodoks. Sang ibu berbuat begitu karena menginginkan anaknya tumbuh kuat dan berdisiplin, setiap melakukan kesalahan Isabel disiksa oleh ibunya hingga ketika besar tumbuh menjadi pribadi yang tercerai-berai, bayangan masa lalunya membuat Isabel mengalami Multiply Personality Disorder di kehidupan dewasanya. 
Isabel adalah seorang wanita muda, pintar (baik dalam akademik maupun seni) namun sering mengalami ‘kehilangan waktu’. Dr. Wil hadir di dalam hidup Isabel sebagai seorang dokter sekaligus sahabat yang ingin membantu Isabel ‘mengembalikan’ hidupnya. Di awali  di suatu malam, ketika Isabel tiba-tiba tersadar telah berada di tengah badai salju di kota Philadhelpia, sementara kenyataannya Isabel tinggal di New York. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa tiba disana, dia tidak mengerti alasan dia berada di sana. Yang dia ingat, tiga hari yang lalu dia baru keluar dari laboratorium kimia di kampusnya.
Di New York Isabel menyewa sebuah apartemen yang ditinggalinya bersama sahabatnya. Sahabatnya telah mengetahui Gangguan disosiasi yang dialami oleh Isabel. Namun, ternyata diam-diam  Isabel menyimpan perasaan suka sesama jenis terhadap Isabel.
Pada awal terapi, dr . Wil belum menemukan hal yang signifikan dari Isabel. Namun setelah waktu yang cukup lama muncul lah pribadi Isabel yang bernama Peggy Lou. Peggy Lou merupakan pribadi lain dari Isabel yang dapat mengungkapkan kemarahan yang tidak bisa ditunjukkan oleh Isabel. Disamping Peggy Lou, ada juga kembarannya yaitu Peggy Ann yang merupakan pribadi lain dari Isabel yang dapat menunjukkan keberanian yang tidak bisa ditunjukkan oleh Isabel. Setelah itu muncul pribadi-pribadi lain seperti Vicky yang merupakan sosok impian Isabel yang sempurna. Kemudian ada lagi pribadi lain yaitu Marcia yang pintar menulis, Vanessa yang pandai memainkan piano, Marry yang gemar bersajak dan bersifat keibuan, Helen yang ambisius, Clara yang menyukai musik dan pelajaran Bahasa Inggris, Anny yang mengidap penyakit psikologis neurasthania , Mike yang merupakan identifikasi Kakek Isabel yang agresif, Sid merupakan identifikasi Ayah Isabel yang bersifat hati-hati, Nancy yang tertarik dengan politik, Marjorie yang periang, Ruthie merupakan sosok bayi, dan terakhir The Bonde yang menyukai kuliah. Ke-15 pribadi Isabel ini mengenal baik Isabel, tetapi Isabel sama sekali tidak mengenal mereka. Isabel hanya merasa ada ”waktu yang hilang” dalam hidupnya yang disebut (fuga).
                                                                                                          
Ke-15 pribadi yang lain tersebut sering berdialog dengan dr. Wil dan menyatakan merasa kasihan dengan sosok Isabel yang pemurung, tidak bisa marah, ceria, bahkan menangis sekalipun. Pribadi-pribadi yang lain tersebut telah menggantikan hari-hari Isabel yang dianggap hilang. Contohnya saja ketika Peggy mengambil posisinya saat Isabel dikelas 3. Peggy telah mampu menghafal perkalian, mampu menyanyi, dan ceria. Namun semua orang disekitarnya kaget ketika mengetahui tiba-tiba Isabel yang pintar perkalian, ceria mendadak berubah menjadi Isabel yang pemurung, dan penakut.
Kepribadian majemuk yang dialami Isabel membuat dr. Wil heran. Ada 16 pribadi yang berlainan dalam satu jasad. Dr. Wil mencoba menganalisis apa yang menyebabkan Isabel menjadi pemurung, kurus, membenci tangan, membenci suara musik, takut untuk memegang barang-barang yang terbuat dari kaca, dan tak menyukai wanita yang berambut putih. Melalui pribadi-pribadi lain yang muncul itulah yang mengungkapkan semuanya kepada dr. Wil.
Melalui analisa dr. Wil ditemukan lah penyebab terpecahnya kepribadian Isabel. Kepribadiannya sudah terpecah saat Isabel berusia 2,5 tahun.

Kasus 2:
Sepulang dari kuliah, Rian menuju rumah Jeni namun keributan yang terjadi membuat Rian terkejut. Dia menyentuh daun pintu dan ternyata tak terkunci. Rian memutuskan untuk masuk ke rumah Jeni dan menemukan Jeni dilempar oleh Ayahnya.
Ayah Jeni marah karena Rian tak tahu sopan santun, masuk ke rumah mereka sembarangan. Dia melempar Rian juga dan menendang –nya. Kejadian ini membuat ia teringat masa kecilnya, ketika ia berada disebuah ruangan dan seseorang mendekatinya. Rian kecil ketakutan karena telah terpojok. Sirine mobil polisi terdengar dan menghentikan keributan yang tengah terjadi. Polisi itu datang karena menerima laporan dari tetangga mereka, “Apakah ayahmu memukulmu?”
Jeni terdiam. Kini wajahnya sudah babak belur, ia menunjuk seseorang namun bukanlah ayahnya melainkan Rian. “Dia kasar lebih dulu pada kami. Ayahku menemukanku. Dia memukulku.” Rian terkejut, “Kenapa kau berbohong? Katakan yang sebenarnya Rian, kau tak akan bisa keluar dari neraka ini!” Jeni tetap diam melihat Rian digiring ke kantor polisi karena pengakuan palsunya.
Proses dikepolisian sepertinya tak berlangsung lama karena malam harinya Rian sudah berada dirumah. Tapi berita tentang dirinya sudah sampai ke  paman Ari menelfon tapi tak diangkat oleh Rian. Dia hanya mendengarkan pesan yang ditinggalkan paman Ari. “Apa yang terjadi? Ayah dan ibumu sekarang belum tahu. Aku sibuk karena perjalanan bisnis di San Fransisco. Aku akan datang menemuimu dengan pesawat jet. Aku ingin tahu ceritanya.”
Rian menatap pantulan wajahnya dicermin, kini lebam memenuhi seluruh wajahnya dan luka juga ada dirusuknya. Dia memegang luka tersebut namun malah membuat ingatan masa lalu –nya kembali muncul, masa dimana ia diperlakukan kasar.
Seketika tubuh Rian kaku, dia terduduk dan berteriak kesakitan. Rian mencoba meraih obat yang ada di rak tapi obatnya malah terjatuh. (Aneh). Sikap Rian langsung berubah, dia mengetuk – ngetukkan tangannya ke meja. Saat dia kembali berkaca, auranya berubah garang. Dia bahkan tersenyum sadis ke arah cermin. Kini Rian sudah berada dijalanan dengan aura rocker dengan eyeliner tebalnya. Dia berjalan menuju suatu tempat dan siapa sangka kalau Rian kembali ke rumah Jeni untuk membalas memukul ayah Jeni. Dia memukulinya sampai babak belur dan wajahnya penuh dengan darah, “Tatap aku! Kalau kau berani menyentuhnya lagi, aku akan mematahkan setiap tulangmu!” ancamnya. rama berjalan pergi saat dirasa puas telah memukuli Ayah Jeni.
Dari lantai atas Jeni muncul, dia berucap tanpa suara. “terimakasih.”  Rian balas ucapan Jeni hanya dengan senyuman.
Keesokan paginya, Rian terbangun dengan linglung apalagi saat melihat penampilan dirinya didepan kaca. Memakai eyeliner dan style yang sangat berbeda dengan dia, ditambah saat dia melihat percikan noda darah di jas –nya. ini semakin membuatnya tak tahu apa yang sedang terjadi.
Pamannya datang tepat saat itu, dia terkejut saat melihat penampilan Rian. “Ya tuhan, apa yang terjadi?”

“Paman Ari, tolong bantu aku...” pinta Rian bingung. Sekali lagi dia menatap pantulan dirinya dicermin.
Rian: “ Pertama kali aku menyadari bahwa ada monster yang hidup dalam diriku. Namanya adalah Shin. Dia memiliki umur yang sama denganku. Setiap kali dia muncul maka akan ada pertumpahan darah disekitarnya.”

Tampaklah beberapa kilasan Rian melakukan kekerasan pada seseorang dan mencekiknya. Dan saat ia sadar, ia tidak ingat akan apa yang ia lakukan. Ia akan syok dan kebingungan. Seketika dokter psikologi yang menangani rama pun bergidig ngeri. Rama menjelaskan kalau Shin hanya akan muncul ketika dia gila. Dia tak akan menggunakan kekerasan pada anak kecil dan perempuan.

Meskipun ngeri, Dokter itu meminta rama melanjutkan ceritanya.

Rian: “Dia muncul tanpa permisiku dan mencuri waktu serta tubuhku. Tapi karena dia mencuri tubuhku dan hatiku maka aku tak bisa mengingat apa yang terjadi sepenuhnya. Jadi kadang – kadang......”

FLASHBACK
Pernah suatu kali Rian tersadar dari tidurnya, ia terbangun dengan tanpa mengenakan pakaian setelah ia menoleh ternyata lengannya sedang di -tatto. Ia pun langsung bangkit dan membuat pen –tatto marah.
Rian: “Aku berakhir ditempat yang tak ku ketahui.
Atau saat dia berada disebuah cafe, dia sedang duduk disana dan tiba – tiba seorang wanita menghampiri Rian. Dia memuji tampilan Rian yang gentle hari ini ataupun kemarin juga dia tampak seksi. Rian kebingungan karena tak mengenal wanita tadi, “Maaf, anda siapa?”. Jelas saja wanita tadi marah lalu menghadiahi Rama dengan segelas minuman alias disiram.

LASHBACK END
Dokter yang mendengar kisah Rian sampai ngeri sendiri, apa yang terjadi pada Rian memangnya?

“Aku didiagnosis oleh dokterku empat tahun yang lalu, Dr. Scottfield. DID. Orang – orang biasanya menyebut sebagai kepribadian ganda.”

“Berapa kepribadian yang ada dalam dirimu?”

Rian pun mengurutkannya, “Ada Si Jahat Shin. Yahya yang mencoba untuk mengakhiri hidup berkali – kali.....”
Rian: “Aku tak yakin berapa orang yang tinggal dalam tubuhku. Aku tak yakin jika suatu saat orang – orang baru akan muncul dalam tubuhku.

Pembahasan dan penerapan Terapi :

Kepribadian yang terpisah dan berbeda pada seseorang. Setiap kepribadian tersebut memliki pola pikir, perilaku, ingatan dan hobi yang berbeda. Seperti halnya kedua orang tersebut yang memiliki beberapa kepribadian yang berlainan memiliki perilaku, pola pikir dan ingatan yang berlainan.
Gangguan Identitas disosiatif pada umumnya disebabkan oleh trauma di masa kanak-kanak (childhood umur 3 – 11 tahun) dan remaja (adolesence umur 12-18 tahun). Masa kanak-kanak Isabel dan Rian penuh dengan trauma-trauma terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Pengalaman traumatis tersebut terjadi berulang kali sehingga menyebabkan terbentuknya beberapa kepribadian pada diri keduanya.
Penderita gangguan identitas disosiatif kerap mengalami depersonalisasi dan derealisasi. Yaitu si penderita mengalami perasaan yang tidak nyata, merasa seperti terpisah dengan fisik dan mentalnya. Dalam kasus Isabel dan Rian, mereka menganggap diri sebagai sesuatu yang asing baginya. Kemudian penderita mengalami distorsi waktu. Mereka sangat sering merasa adanya ”waktu yang hilang” selama pribadi lain mengambil posisi dalam dirinya. Keinginan untuk bunuh diri pernah dilakukan oleh pribadi lain, yang tidak sanggup menanggung beban pengalaman traumatis yang cukup berat bagi mereka, namun sosok pribadi lain berhasil menghalangi keinginan untuk bunuh diri.
Selanjutnya, pada penderita gangguan identitas disosiatif adanya fluktasi tingkat kemampuan pada diri penderita. Misalnya, pada saat Isabel kelas 3, posisinya digantikan oleh Peggy. Peggy sebagai Isabel yang merupkan sosok ceria, dan pandai berkalian tiba-tiba saat kelas 5 berubah menjadi Isabel yang pemurung dan tidak pandai perkalian. Dan pada saat Shin melawan  orang dan mengambil alih tubuh Rian untuk menyelamatkan Putri. Namun saat yang lain Rian berperilaku layaknya seorang gadis dengan kepribadian Hana yang bertolak belakang. Mengakibatkan orang di sekitar mereka menjadi heran dengan perubahan dadakan yang dialami oleh mereka. Ada lagi kepribadian lain yang pandai dalam hal lainnya, namun mereka pribadi tidak mampu melakukannya. Jadi, kemampuannya berubah sesuai dengan kepribadian mana yang muncul.
Menurut teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, trauma masa kanak-kanak merupakan kejadian yang paling berpeluang mengakibatkan gangguan kepribadian seseorang, termasuk gangguan identitas disosiatif. Pada masa kanak-kanak, itu merupakan awal dari terbentuk dan berkembangnya kepribadian seseorang. Saat terjadi pengalaman traumatis yang kurang menyenangkan, maka individu megusahakan diri untuk merepress ke alam bawah sadarnya. Namun, jika pengalaman tersebut tidak dapat diatasi, maka akan memaksanya untuk menciptakan pribadi lain yang mampu menghadapi situasi yang tidak mampu dihadapi oleh si individu. Menurut Freud, munculnya pribadi yang lain tersebut merupakan salah satu defence mechanism, yaitu suatu sistem yang terbentuk pada diri seseorang saat ia tidak mampu menghadapi kecemasan yang luar biasa. Munculnya kepribadian-kepribadian lain tersebut tergantung pada suatu situasi yang mereka hadapi.

Setelah melakukan psikoanalisis, Dokter atau terapis yang menangani hal ini  mengambil metode psikoterapi dengan cara hipnosis untuk menyatukan pribadi-pribadi mereka yang terpecah. Dokter menyamakan seluruh usia pribadi-pribadi yang lain dengan usia karakter utama (kepribadian utama). Hipnosis ini merupakan teknik terapi psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud. Freud menyatakan, untuk menyelesaikan masalah kejiwaan, terlebih dahulu harus ditelusuri alam ketiksadarannya melalui beberapa teknik, seperti hipnosis, asosiasi bebas, analisis mimpi, dan lain-lain. Proses ini berlangsung secara bertahap. Sebelumnya pasien sempat diberikan Sodium Penothal, yaitu obat untuk mengurangi kecemasan dan membangkitkan kegembiraan. Namun pemberian obat ini dihentikan karena efeknya yang membuat pasien ketergantungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar